Thursday, 4 July 2013

Dawai Biola Tirani - Prolog



Gemuruh langkah kaki para polisi memecahkan keheningan disebuah padang rumput di pinggiran kota. Mereka sibuk mengikuti langkah anjing pelacak yang memandu jalan. Dua anjing pelacak di depan para polisi terus mengendus-endus di antara sela-sela ilalang tinggi, terus mengikuti bau pelaku yang dicari majikan mereka.
Tracking, target. Terus tracking target. Ganti.” Kata seorang dari mereka melalui walkie-talkie di tangannya.
“Target  4-5 orang. Waspada! Waspada!” Balas seseorang diseberang.
Mereka menemukan sebuah bangunan tua yang tampaknya mencurigakan. Kedua anjing pelacak pun memandu mereka memasuki bangunan tersebut. Polisi yang paling depan membuka pintu yang berderit untuk membantu teman-temannya masuk. Revolvernya tersiap di tangan kanan mereka. Bersiap menghadapi yang terburuk.
Anjing pelacak mereka memandu untuk terus memasuki bangunan tua tersebut lebih dalam. Mereka menemukan diri mereka di dalam sebuah ruangan luas penuh dengan barang-barang dan mesin-mesin tua. Tampaknya bangunan tersebut adalah sebuah bekas pabrik tua yang sudah tidak terpakai lagi.
“KALIAN SUDAH TERKEPUNG! MENYERAHLAH!” Gertak seorang polisi yang membawa anjing pelacak.
Merasa gertakannya tidak mempan, para polisi meneruskan pencarian mereka. Menelusuri bangunan tua tersebut lebih ke dalam. Tanpa mengetahui bahwa mereka sedang diawasi.
“Terlalu gegabah untuk seorang polisi.” Kata seorang dari mereka sambil mengawasi para polisi tersebut dari atas atap. Ia memegang headsetnya dan berbicara dengan mic yang menempel di headset tersebut, “Target dalam kandang. Kita bereskan?”
“Bereskan? Seperti bukan kita saja.” Kata seorang lagi. Yang ini suaranya amat tenang. Teman-temannya yang mendengarnya tertawa mendengus, “Res, Dan, jebakan siap?”
“OK.”
“Siap.”
“Met, kendaraan ok?”
“Siap. Mobilmu dan sayangku sudah aku panaskan.”
“Tampaknya kau harus menikah dengan motor, Met.” Pria dengan suara tenang tersebut tersenyum. “Baiklah, kita tinggalkan mereka di sini. Semoga ada yang bisa menemukan mereka denga segera.”
“Gerbang siap.”
“Mulai.” Kata pria tenang itu di mic nya.
GUBRAAAAK
SREEEEGGG
Terdengar suara gemuruh dari dalam bangunan tua. pintu-pintu dan gerbang yang tadinya terbuka secara otomatis tertutup semua. Para polisi tersebut sentak kaget dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Begitu juga anjing-anjing yang mereka bawa. Mereka menyalak-nyalak liar.
“Pintu terkunci.” Teriak salah seorang polisi yang mencoba membuka salah satu pintu yang baru saja menutup.
“Di sini juga.” Teriak yang satu lagi.
Anjing pelacak mereka menggonggong liar tak terkendali. Mereka menyalak sekeras mungkin seperti melihat hantu di hadapan mereka. Suara anjing tersebut membuat para polisi yang membimbingnya semakin tidak bisa berpikir jernih.
“Tenangkan anjingnya! Kita cari jalan keluar.”
“Di sana. Ada gerbang yang sedikit terbuka!” Tunjuk seorang polisi ke arah gerbang utama yang sedikit terbuka. Kilapan cahaya dari luar ruangan terlihat dari celah tersebut. Hanya saja sepertinya celah tersebut hanya muat untuk satu orang.
Para polisi tersebut bergegas menuju gerbang tersebut, satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk keluar dari tempat yang merupakan kurungan bagi mereka.
“Dan, giliranmu.” Kata pria tenang melalui mic nya.
“GGGRRAAAAAAAA!!!” Terdengar lolongan seseorang di luar yang amat keras menyerupai lolongan beruang ngamuk. Ia mendorong sebuah mobil bekas ke arah celah yang terbuka.
BRRRAAAAK
Mobil tersebut menghantam celah dengan suara yang amat nyaring. Celah yang menjadi harapan satu-satunya para polisi tersebut tertutup sudah. Hanya menyisakan sebuah celah kecil yang hanya cukup untuk melihat apa yang terjadi di luar.
Polisi yang berada di dekat celah tersebut mencoba untuk mendorong mobil tersebut supaya menyingkir. Namun percuma—mobil tersebut sangat berat. Ia tidak percaya ada seseorang yang bisa mendorong mobil ini sampai menutupi jalan keluar mereka.
Polisi tersebut melihat ke luar dari celah yang tersisa. Ia melihat lima orang di luar sana dengan mengenakan topeng setengah wajah. Dua orang menaiki sebuah motor, dua orang sedang bersiap menaiki mobil dan satu orang sedang membalas tatapannya.
“Kami sukses lagi. Sampai nanti.” Katanya dengan tenang. Ia berbalik dan menaiki mobil.

Mobil tersebut langsung meluncur pergi. Sang pengendara motor menggerung-gerungkan motor seperti mengejek. Ia memutarkan motornya dan me-standing­ kan motornya sambil melaju pergi. Polisi yang terjebak hanya bisa melihat kepulan asap yang mereka tinggalkan. Mereka baru saja dipecundangi mentah-mentah.

0 comments:

Post a Comment